MENGAPA TAKUT
Sesungguhnya umat manusia dimanapun dia berada tidak perlu resah dan takut dengan adanya perubahan-perubahan yang
bisa disebut modernisasi, seperti adanya pembangunan-pembangunan dibidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertanahan dan keamanan termasuk adanya
globalisasi dan lain-lainnya. Bahkan semua hal tersebut diatas tadi, hanya
cukup kalau dijawab dengan pertanyaan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
para pelaku utamanya, dan dengan rasa syukur yang setulus-tulusnya kehadapan Tuhan
Yang Maha Pencipta. Karena segala yang terjadi,
baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang, adalah yang tidak pernah mampu
diubah dan ditolak oleh siapapun juga sepanjang jaman.
Salah satu diantaranya sebagai contoh yang saya ambil dari segi Agama Hindu (ini bukan karena kepentingan SARA, tetapi karena ini lebih kepada pengetahuan saya), adanya pengaruh Sang Hyang Tri Purusha;
Brahma, Wisnu, Iswara Dewa yang menjadi sebab adanya 3 (tiga) sifat alam Triguna; Satwa (sifat
halus), Rajah (sifat sedang), Tamah (sifat kasar), terhadap Bhuana Agung yaitu;
bumi, air, sinar, udara, eter, yang memenuhi seluruh ruangan ini yang
menyebabkan timbulnya perputaran jaman seperti Catur Yuga, Dwapara Yuga, Treta
Yuga dan Kali Sang Haro Yuga. Semua ini pasti terjadi baik dalam sekala makro
maupun dalam sekala mikro (perorangan) umpama; suka, suka, lara, pati, yang
biasa disebut kodrat alam (nasib di Bali).
Disinilah sebenarnya sangat diperlukan adanya suatu kesabaran dan
ketelitian guna mencari-cari dan memahami butir-butir yang tercecer dan
terpendam selama ini, sebagai bukti adanya percaya diri (GUGUN TUWON di Bali);
gugu + an = Gugon = percaya sekali, tuhu + an = tuwon = kebenaran sejati (DIRI) yang
merupakan warisan leluhur di Bali seperti; adat, istiadat dan Agama yang
jelas-jelas merupakan penjabaran dari ajaran-ajaran Wedha yang Kawedar
(TERTANAMKAN) selama ini baik melalui tingkat pemahaman.
Agama filsafah, Agama etika, maupun tata upacara dan
upakara yang merupakan permohonan sangat penting di dalam mengarungi samudera hidup ini, yang tidak pernah absen dari siang malam
dan suka duka (Rwa Bhinedha tanpa sastra).
Bagi umat Hindu percaya dan meyakini adanya pengaruh “Rwa Bhinedha” yang salah satu
diantaranya merujuk pada kehidupan lahiriah dan batinniah, jasmaniah dan
rohaniah. Kehidupan lahiriah tidak saja harus dikembangkan dan ditingkatkan,
bahkan harus selalu dapat menunjang terwujudnya kesempurnaan bathin dan begitu
juga harus terjadi sebaliknya.
Azas keseimbangan kehidupan lahiriah dan batiniah inilah yang sebenarnya
menuntut kita untuk melakukan kontrol lahir dan batin inilah merupakan faktor
utama dan sangat menentukan di dalam penyampaian sasaran atau tujuan hidup di
alam dunia ini.
Sungguh tidak sedikit terdapat simbul-simbul, lukisan-lukisan, termasuk
patung-patung berwujud bentuk-bentuk bangunan-bangunan suci, dan banyak lagi yang lainnya; seperti banten dengan segala simbolisnya
yang sebernarnya merupakan sastra tak berbunyi
“lontar tan
patulis” yang sejak lama menunggu dan mengharapkan uluran tangan para
cendikiawan budiman sebagai juru bicara untuk menterjemahkan lontar tutur dan
satwa yang tersimpan pada simbul-simbul. Karena sebelum adanya pengaruh tulisan (Anacerake) sebagai pengganti
kata (pencatat, di Bali sudah adanya aksara simbul yang berlaku; Punggul,
Sundari, Pengider-ider, dll.)
Kalau saja dapat dan mau menerima secara jujur, bahwa semua itu adalah
merupakan pesan, saran atau perintah untuk dilaksanakan (TUTUR) yang sanggup
memberikan jaminan, bahwa manusia tidak akan pernah merasa takut dengan segala
sesuatu yang terjadi, Banyak contoh yang bisa diungkapkan dari simbul-simbul
tersebut.
Misalnya simbul Tri Sakti (Brahma, Wisnu, Siwa); utpati, stiti, dan pralina. Secara tegas mengajarkan kepada kita, bahwa sudah pasti
kelahiran, kehidupan, kematian, bahkan segala yang diciptakan akan tumbuh dan
berkembang, lalu berakhir pada kematian dan kehancuran.
Jadi sudah sewajarnya kita selama masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidup ini, lakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, manfaatkan segala peluang yang diberikan, dan lakukanlah semunya dengan ketulusan dan tanggung jawab. Saya percaya hidup akan terasa maksimal, karena telah berusaha yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar